Islam di Amerika
Pendahuluan
Berbagai
literatur, membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Benua Amerika lima abad
sebelum Christopher Colombus menemukannya. Ia adalah seorang penjelajah dan pedagang asal
Genoa, Italia. Christopher Colombus menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai
ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Perjalanan tersebut didanai oleh
Ratu Isabella dari Castilian Spanyol. Setelah ratu tersebut berhasil
menaklukkan Andalusia. Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan
beranggap sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur barat.
Colombus menjejakkan
kakinya di Amerika di akhir abad ke-15 Masehi. Lima abad sebelum Colombus tiba,
para pelaut Muslim dari Granada dan Afrika Barat sudah menjejakkan kaki di
daratan-benua yang masih perawan dan hanya ditinggali oleh suku-suku asli yang
tersebar di beberapa bagiannya.
Imigran Muslim pertama di
daratan ini tiba sekira tahun 900 Masehi sampai setengah abad kemudian pada
masa kekuasaan Dinasti Umayyah. Salah satunya bernama Khasykhasy Ibn Said Ibnu
Aswad dari Cordova. Orang-orang Islam inilah yang mendakwahkan Islam pada
suku-suku asli Amerika. Sejumlah suku Indian Amerika pun telah memeluk Islam
saat itu antara lain suku Iroquois dan Alqonquin.
Lalu, setelah jatuhnya
Granada tahun 1492, yang kemudian disusul oleh gerakan Inkuisisi
yang dilakukan Gereja terhadap orang-orang Islam dan Yahudi di Spanyol, maka
imigran kedua tiba di Amerika sekira pertengahan abad ke-16 Masehi. Tahun 1539,
Raja Spanyol, Carlos V, melarang bagi Muslim Spanyol hijrah ke Amerika.
Menurut prasasti berbahasa Arab yang ditemukan
di Mississipi Valey dan Arizona, ”dikatakan jika orang-orang Islam yang
datang ke daratan ini juga membawa gajah dari Afrika”.Colombus sendiri datang
ke Amerika lima abad kemudian. Dalam ekspedisi pertamanya, Colombus dibantu dua
nakhoda Muslim bersaudara bernama Martin Alonzo Pizon yang memimpin
kapal Pinta dan Vicente Yanez Pizon yang ada di kapal Nina. Kedua bersaudara
ini masih kerabat dari Sultan Maroko dari Dinasti Marinid, Abuzayan Muhammad
III (1362-1366).
Catatan harian Colombus menyatakan jika pada hari
Senin, 21 Oktober 1492, ketika berlayar di dekat Gibara di tenggara pantai Kuba,
mereka mengaku telah melihat sebuah masjid dengan menaranya yang tinggi yang
berdiri di atas puncak bukit yang indah.
Doktor Barry Fell dari Oxford University juga
menemukan jika berabad sebelum Colombus tiba di Amerika, sekolah-sekolah Islam
sudah tersebar di banyak wilayah. Antara lain di Valley
of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, Mesa Verde di
Colorado, Hickison Summit Pass di Nevada, Mimbres Valley di Mexico, dan Tipper
Canoe-Indiana. Di berbagai
kota besar Amerika Serikat. Di tengah kota Los Angeles, terdapat daerah bernama
Alhambra, juga nama Teluk El-Morro dan Alamitos. Juga nama-nama seperi
Andalusia, Aladdin, Alla, Albani, Alameda, Almansor, Almar, Amber, Azure, dan
La Habra. Semuanya nama Islam.
Di tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois,
terdapat nama-nama kota kecil seperti Albany, Atalla, Andalusia, Tullahoma, dan
Lebanon. Di negara bagian Washington juga ada nama daerah Salem. Di Karibia
yang juga berasal dari kata Arab, terdapat nama Jamaika dan Kuba, yang berasal
dari bahasa Arab “Quba”. Ibukota Kuba, Havana juga berasal dari bahasa Arab “La
Habana”.Seorang sejarawan bernama Dr. Yousef Mroueh menghitung, di Amerika
Utara ada sekurangnya 565 nama Islam pada nama kota, sungai, gunung, danau, dan
desa. Di Amerika Serikat sendiri ada 484 dan di Canada ada 81.
Dua kota suci umat Islam, Mekkah dan Madinah, nama
keduanya juga telah ditorehkan para pionir Muslim di tanah Amerika jauh sebelum
Colombus lahir. Nama Mecca ada di Indiana, lalu Medina
ada di Idaho, New York, North Dakota, Ohio, Tenesse, Texas, Ontario-Canada. Bahkan di Illinois ada kota kecil bernama
Mahomet yang berasal dari nama Muhammad. Suku-suku asli Amerika ternyata juga
banyak yang berasal dari nama Arab, antara lain Suku Apache, Anasazi, Arawak,
Cherokee, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mohigan, Mohawk,
Nazca, Zulu dan Zuni.
Bahkan kepala suku Indian Cherokee yang terkenal,
Se-quo-yah yang menciptakan silabel huruf Indian yang disebut Cherokee
Syllabari pada 1821 ternyata seorang Muslim dan senantiasa mengenakan sorban,
bukan ikat kepala dari bulu burung seperti yang ada di film-film wild-west ala
Hollywood. Beberapa kepala suku Indian yang juga selalu mengenakan sorban di
antaranya Sioux, Chippewa, Yuchi, Iowa, Sauk, Creek, Kansas, Miami, Potawatomi,
Fox, Seminole, dan Winnebago. Foto-foto para kepala suku Indian tersebut yang
bersorban saat ini masih disimpan di berbagai museum dan arsip nasional
Amerika, antara lain yang ada di Philadelphia. Foto-foto
itu berasal dari tahun 1835 dan 1870[1].
Pembahasan
Demografi
Jumlah kebangsaan dan etnis
Sulit menentukan jumlah pasti Muslim
di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja dengan negara yang tercermin
dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro Sensus AS tidak memuat
pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya. Dinas imigrasi
juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak masjid di
AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat
secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya
data yang akurat mengenai jumlah Muslim di AS.
Menurut sumber yang sama, imigran Asia
Tengah bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar
komunitas Muslim AS, yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab
(25%), Afrika (3%), lain-lain 5%, serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing
2%). Sedangkan menurut Central
Intelligence Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di
AS adalah 1% dari 301.139.947 (perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini
sama dengan jumlah umat Yahudi
di AS[2].
Persentase pengunjung Masjid di AS
menurut CAIR
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun
2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari
Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro
Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari
negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS hampir 96.000 setiap tahun
dibanding dua dekade sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on
American-Islamic Relations (CAIR), jemaah masjid Sunni yang
diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia Tenggara
(1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).
Perkembangan
Islam di Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) adalah negara yang toleran
dan menghargai semua etnis, suku bangsa, maupun keyakinan beragama. Hal ini
tertuang dalam undang-undang dasar negara dan menjadi prinsip dasar pondasi
pembangunan AS dari awal terbentuk hingga saat ini. Itulah yang hendak
disampaikan oleh Utusan Khusus Menteri Luar Negeri AS untuk Masyarakat Muslim.
Antara lain hal ini terwujud dari sikap para
kepala negara AS yang menempatkan Islam dalam koridor pemerintahan maupun
sosial. Presiden AS yang ke 34, Dwight Eisenhower, misalnya. Dia memberikan
sebidang lahan di Washington DC untuk para pemeluk Islam mendirikan mesjid dan
beribadah. Tempat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Islamic Center di
seantero AS. Masih banyak lagi peran Islam dalam pembangunan AS, salah satunya
dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan. Untuk tahu lebih jauh, simak wawancara
lengkapnya berikut ini:
1.
Posisi Islam di pemerintahan AS
Di AS, diterapkan prinsip pemerintahan
yang terpisah antara gereja, mewakili agama, dan negara. Berdasarkan prinsip
itu, unsur agama benar-benar tidak terdapat dalam urusan negara. Contohnya, di
negara tidak ada Kementerian Agama. Tak ada pula badan khusus lain yang
menangani masalah agama. Undang-undang dasar AS sendiri menggarisbawahi
pentingnya kebebasan sebagai komponennya yang paling esensial. Dalam UUD,
kebebasan berekspresi, beragama, dan kebebasan secara umum dijamin. Setiap
warga negara berhak menjalankan ajaran agama mereka masing-masing, bahkan tidak
beragama pun diperbolehkan.
Rumah ibadah apapun bisa didirikan di AS.
Atribut keagamaan apapun juga bebas dipakai. Umat Kristen bebas memakai salib,
Islam bebas memakai peci dan kerudung, Yahudi bisa memakai penutup kepala
mereka sendiri. Di AS sendiri, orang-orangnya memiliki rasa ingin tahu yang
besar. Di setiap masjid, pasti ada keterangan mengenai aliran keuangan,
kegiatan keagamaan, kegiatan antar agama, dan kegiatan lain yang dilakukan
masjid tersebut.
Saya rasa penting bagi kita untuk
mengetahui nilai-nilai dasar AS. Pendiri negara kami menekankan perlunya
pendidikan kebebasan beragama. Seperti yang diucapkan
Presiden George Washington, bahwa kebebasan semacam itu sangatlah penting untuk
rakyat AS. Dari pemerintahan
presiden Washington hingga Presiden Obama, semua presiden membicarakan masalah
keyakinan. Namun sejauh ini, baru Presiden Obama yang benar-benar melakukan
usaha menjamin kebebasan. Islam sendiri sudah menjadi bagian dari AS karena
agama itu masuk ke negara kami ratusan tahun yang lalu. Jadi Islam sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa kami. Islam merupakan
bagian penting untuk negara kami.
2.
Sejarah hubungan antara Islam dengan
pemerintah AS
Para pemimpin menghargai Islam, dan mereka
memiliki cara sendiri untuk menunjukkannya. Contohnya, pada masa pemerintahan
Presiden Thomas Jefferson, beliau meletakkan satu salinan lengkap Al-Qur'an di
rak bukunya. Presiden John Quincy Adams adalah presiden pertama yang mengadakan
iftar bersama dengan Duta Besar Tunisia. Lebih dari 50 tahun lalu, Presiden
Dwight Eisenhower mengetahui tidak ada tempat khusus bagi Muslim untuk
beribadah di Washington DC. Akhirnya beliau memberikan sebidang tanah untuk
Muslim Washington dan mengatakan, tempat ibadah yang mereka inginkan bisa
dibangun di atasnya. Kini, di atas tanah itu berdiri
Islamic Center Washington DC.
Bill Clinton saat masih menjabat sebagai presiden mengadakan
perayaan Idul fitri pertama di Gedung Putih. Presiden Gerald Ford dan Jimmy Carter juga
memberikan sedikit waktunya untuk turut berdoa pada waktu berbuka puasa. George
W. Bush, juga menaruh Al-Qur'an di perpustakaannya di Gedung Putih. Bush adalah
presiden AS pertama yang menunjuk seorang Muslim menjadi imam AS untuk misi kebebasan
beragama di dunia. Namun, Dari semua presiden yang berusaha merangkul
masyarakat Muslim, usahanya belum ada yang sebagus Obama.
Presiden Obama berusaha merangkul Muslim
di seluruh dunia. Beliau beberapa waktu yang lalu sempat pergi ke Turki dan
berusaha menjalin hubungan dengan muslim di sana. Presiden Obama mengadakan
perjanjian yang didasarkan penghormatan dan kesamaan kepentingan. Di departemen
apapun yang ada di AS, kami semua menerapkan misi Obama tersebut.
3.
Kontribusi Muslim terhadap pertumbuhan ekonomi dan
politik AS
Ada integrasi antara Islam dan AS di
setiap levelnya. Pada dasarnya, warga AS bekerjasama dengan semua orang dari
berbagai latar belakang, termasuk Muslim. Orang-orang Muslim bisa dilihat di
semua bidang, mulai dari politik, hukum, pendidikan, wirausaha dan bisnis. Ada
pula Muslim AS yang terjun sebagai ilmuwan kenamaan, musisi, atlet, dan representasi
masyarakat sipil lain. Islam di AS akan menjadi besar, dan presiden Obama sudah
pernah membicarakan hal ini. Satu hal yang perlu saya tekankan, tidak ada
kontradiksi antara menjadi Muslim dan menjadi warga AS.
Dari segi bisnis, para masyarakat Muslim
AS memiliki daya beli yang paling tinggi di antara masyarakat lainnya, yaitu
sekitar US$200 miliar (Rp1,7 triliun). Itu jumlah yang sangat besar. Menurut
lembaga poling Gallup, komunitas Muslim juga merupakan salah satu yang memiliki
pendidikan dan penghasilan tertinggi. Muslim Amerika tidak bisa dianggap
enteng.
4.
Islamophobia masih menjadi isu besar di AS
Selama sepuluh tahun sejak terjadinya
peristiwa 11 September, seluruh dunia melihat Islam dengan cara berbeda. Namun
demikian, ada pembeda antara penganut Islam sejati dengan penganut paham
ekstrem. Saya lihat ada hampir 50 negara Muslim di seluruh dunia, dan tidak
menutup mata akan adanya orang-orang yang tidak toleran dan menaruh prasangka.
Presiden Obama menginginkan agar kita lebih fokus terhadap usaha menjaga perdamaian
dan saling menghormati. Sebagai utusan untuk masyarakat Muslim, saya ingin tahu
apa yang bisa kami lakukan untuk mencegah Islamophobia meluas. Oleh sebab itu,
kami meluncurkan kampanye "2011 Jam Melawan Kebencian" di Facebook.
Banyak sekali anak muda yang tergabung
dalam kampanye ini, mereka menulis hal-hal seperti 'Ini bukan dunia yang ingin
kami tinggali', 'Kami tidak mau hidup seperti ini'. Jadi, di Facebook kami
mendapat banyak dukungan dari anak muda yang ikut mendedikasikan jam mereka
untuk komunitas yang tidak memakai atribut keagamaan dan memeluk keyakinan yang
berbeda dengan mereka. Saya sendiri mendedikasikan sekian jam untuk komunitas
Kristen, sekian jam lagi untuk komunitas Hindu. Asal
para pendukung ini macam-macam, mulai dari AS hingga Azerbaijan. Saya ingin
Indonesia ikut terlibat juga.
5.
AS
mencegah terjadinya kasus penistaan agama, contohnya seperti pembakaran
Al-Quran beberapa waktu lalu
Kriminal, apapun bentuknya, dilarang dalam
hukum kami tanpa melihat keyakinan. Pembakaran Al-Qur'an ini merupakan hal yang
terpisah dari kebebasan berekspresi. Jika ada tindakan yang melawan hukum, maka
badan hukum akan segera menindaknya. Kebebasan berekspresi tidak boleh
melanggar hukum. Namun ini seringkali disalahgunakan orang-orang, mereka
melakukan tindakan yang menyinggung. Tentu saja kita tidak bisa mengatur
perilaku dan kata-kata orang lain
'Makhluk-makhluk' pelaku pembakaran di
Florida itu jumlahnya tidak banyak, hanya 50 orang. Dengan demikian, mereka
bukan representasi dari masyarakat AS. Masyarakat kami secara luas adalah
masyarakat yang saling menghargai. Tak peduli Anda kaum mayoritas atau
minoritas, di negara kami, hak-hak setiap warga negara benar-benar terjamin[3].
Comments